Romawi I

          A letter to apology.

Maaf, tidak sesuai pengharapanmu.
Seharusnya semua manusia sudah tahu
“Berharap pada manusia adalah patah hati yang terlalu di sengaja”
Mungkin perilaku yang terlaksana tidak berbanding lurus dengan isi yang ada di hati, 
bukan karena tak pakai hati tapi hanya ingin menjauhi yang memang seharusnya kita jauhi. 
Sesuatu hal yang sia - sia.
Allah kata “Demi waktu, Sesungguhnya manusia itu benar - benar merugi”.
Aku sudah banyak merugi dalam kehidupan sebelumnya, karena itu
sekarang harus lebih berhati - hati dalam menjatuhkan hati.
Bukan hanya waktu, perasaan pun bisa sia - sia. 
Perasaan bukan hal sepele, sangat vital perannya dalam aspek apapun. 

Cobalah untuk mengenal dengan baik, 
bukan hanya menyapa dikala butuh
dan bukan juga menaruh angan - angan yang lumpuh.
Aku bukan persinggahan karena itu hanyalah tempat kesenangan duniawi 
dan menyita waktu saja.
Aku bukan permainan karena itu terlalu remeh temeh 
dan hanya menyenangkan dikala jenuh.
Aku ingin menjadi rumah. 
Tempatmu kembali dari perjalanan yang panjang dan melelahkan.
Tempatmu istirahat dari lelahnya hiruk pikuk hari yang kamu lewati.
Tempatmu bercerita dari pahit manisnya hidup yang kamu alami setiap hari.
Aku ingin menjadi seseorang dibalik kejayaanmu.
Seseorang yang kamu butuhkan jiwanya untuk 
selalu menasehati akan kebaikan.
Seseorang yang kamu butuhkan raganya untuk 
selalu mendukungmu akan kesuksesan.
Seseorang yang kamu butuhkan keberadaannya untuk 
selalu hadir di setiap peristiwa hidupmu.
Tapi inginmu mungkin bukan seperti inginku.
Apa yang ada di kepalamu mungkin jauh berbeda dengan yang ada di kepalaku.

Kita harus sama - sama menghargai bahwa perbedaan di dunia ini sangat beragam. 
Tidak semua orang bisa kamu generalisasikan. 
Ada hal spesifik yang harus kamu pertimbangkan.
Tidak semua orang bisa kamu nilai dari penampilan. 
Terkadang apa yang tidak terlihat bisa melampaui batas pemikiranmu.
Tidak semua orang bisa kamu tentukan langkahnya. 
Sebab tidak semua bunga tumbuh jika kau tanam. 

Maaf, hanya berkata lirih. Semoga terdengar sampai ke hati.





Penulis yang meminta maaf



Faras Seruni
18 Maret 2020, tepatnya pukul 23:44

Comments

  1. Tulisanmu mengandung makna dalam setiap kata terima kasih Ara 😀

    ReplyDelete
  2. Huhuhu keren bgt kak farassss:):):)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Proudly present, Lampung.

Accomplishing my second and third degree in a row ...

Living gratefully in 1/4 century era